Fenomena Perkembangan pendidikan bidan terkini
Jika kita melihat sejarah pendidikan bidan dari dulu sampai sekarang, kita melihat perkembangan pendidikan kebidanan mengalami keterlambatan dibandingan dengan profesi kesehatan lainnya seperti perawat. Saat ini pendidikan tertinggi bidan di Indonesia adalah hanya magister kebidanan. Sedangkan jika bandingkan dengan profesi perawat, yang sudah memiliki pendidikan doktor keperawatan di Indonesia, ini menunjukkan perkembangan pendidikan bidan di Indonesia mengalami ketertinggalan.
Sepintas kita mengingatkan kembali tentang sejarah perkembangan bidan antara lain :
- Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 19851 seorang dokter militer Belanda, dr.W.Bosch membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia.
- Pada tahun 1902 bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi dan lulusan pendidikan ini harus bersedia ditempatkan dimana saja tenaga nya dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang kurang mampu secara cuma-cuma.
- Pada tahun 1911/1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan terencana di CBZ (RSUP) Semarang dan Batavia.
- Pada tahun 1914 diterima peserta didik wanita pertama dan bagi perawat yang lulus dapat meneruskan kependidikan kebidanan selama dua tahun.
- Pada Tahun 1935-1938 pemerintah kolonial Belanda membuka pendidikan bidan dari lulusan MULO (setingkat SMP), diikuti dibuka nya sekolah bidan di beberapa daerah yaitu Jakarta (RS Budi Kemuliaan) dan semarang (RSB Palang Duo dan RSB Mardi Waluyo). Dan ditahun yang sama dibuka pendidikan bidan kelas 1 ( dasar pendidikan MUlO & pendidikan bidan 3 tahun) dan kelas 2 ( bidan dari lulusan perawat). dan pada pemerintahan Jepang mendirikan sekolah perawat dan bidan dengan nama yang berbeda.
- Tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan untuk lulusan SMP dengan pendidikan 3 tahun. dan tahun 1953 dibuka kursus tambahan bidan (KTB) di Yogyakarta, tahun 1960 KTB pindah ke Jakarta dan tahun 1967 KTB ditutup
- Pada tahu 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung.
- Pada tahun 1970 dibuka SPK oleh departemen kesehatan.
- Tahun 1975 - 1984 pendidikan bidan ditutup. Tahun 1981 dibuka pendidikan diploma KIA.
- Tahun 1985 dibuka program pendidikan bidan (PPB) dari lulusan SPR dan SPK, lama pendidikan 1 tahun, yang tamatan nya ditempatkan sebagai bidan PTT.
- Tahun 1993 dibuka PPB B, dari lulusan AKPER, juga lama pendidikan 1 tahun dann tahun 1996 ditutup. Pada tahun 1993 juga dibuka PPB C, dari lulusan SMP di 11 Provinsi dengan lama pendidikan 6 semester.
- Tahun 1994-1995 dilanjutkan uji coba pendidikan bidan jarak jauh di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dan pada tahun yang sama juga dibuka pelatihan oleh organisan IBI bekerjasama dengan organisasi lainnya.
- Dan sejak tahun 1996 baru dibuka pendidikan bidan pada level perguruan tinggi yaitu akademi.
- Pada tahun 2000 dibuka pendidikan DIV bidan pendidik untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidik bidan.
- Pada Tahun 2006 dibuka pendidikan S2 kebidanan pertama kali di UNPAD dan dilanjutkan pada tahun 2008 sudah mulai muncul pendidikan akademik atau S1 Kebidanan. Saat ini sudah muncul banyak pendidikan S1 dan S2 kebidanan
Jika kita melihat sejarah pendidikan bidan tersebut, kita melihat pasang surut dari perkembangan pendidikan kebidanan. Pada tahun 2017 ini, pendidikan tertinggi bidan yang ada di Indonesia masih level S2 kebidanan. Saat ini pemerintah sedang mempersiapkan pembukaan pendidikan profesi bidan. Pendidikan profesi merupakan pendidikan lanjutan dari DIV atau S1 guna mendapatkan pengakuan gelar bidan atau disingkat dengan "bd". Dan kembali jika kita bandingkan profesi kesehatan yang sejawat yaitu perawat, profesi ini sudah lama membuat aturan keberlanjutan pendidikan profesi dengan jelas. Sedangkan jika kita analisis dengan sejarah perkembangan pendidikan bidan yang sejak tahun 2000 sudah membuka pendidikan DIV dan tahun 2008 juga sudah membuka pendidikan S1 kebidanan, sementara fenomena yang ada di tahun 2017 baru berlomba-lomba beberapa perguruan tinggi mempersiapkan untuk membuka pendidikan profesi bidan, ini menunjukkan keterlambatan pendidikan bidan dibandingkan profesi perawat.
Sejauh ini pendidikan S2 kebidanan baik di perguruan tinggi negeri atau swasta baru ada dibeberapa daerah di Indonesia. Sedangkan untuk pendidikan doktor kebidanan belum ada di Indonesia. Hal ini menjadi kendala bagi lulusan S2 untuk studi lanjut ke pendidikan yang sejalur dengan pendidikan kebidanan. Sedangkan jika ingin melanjutkan ke S3 kebidanan mesti ke luar negeri.
Selain itu, kita juga perlu menganalisis perkembangan pendidikan kebidanan berdasarkan dari sisi pendidikan vokasi dan akademik. Pemerintah sudah membuat aturan yang jelas bagaimana skema keberlanjutan perkembangan pendidikan di perguruan tinggi termasuk rumpun ilmu kebidanan. Untuk tingkat akademi dan S1 sudah mulai jelas arah perkembangan pendidikannya antara vokasi dan akademik, namun di level S2 juga perlu diperjelas apakah pendidikan S2 Kebidanan tersebut pada pendidikan vokasi atau akademik. Apalagi saat ini pemerintah lebih memfokus pendidikan vokasi.
Kita tidak tahu kenapa perkembangan pendidikan bidan mengalami keterlambatan dibandingkan pendidikan keperawatan. Padahal jika kita melihat sejarah awal pendidikan bidan dan perawat juga tidak jauh berbeda. Namun kenyataannya saat ini pendidikan profesi bidan sudah jauh ketinggalan. Analisa perkembangan pendidikan ini bukan untuk mejatuhkan profesi bidan, tapi berharap ini menjadi semangat untuk kita memajukan pendidikan kebidanan di Indonesia. Ini perlu menjadi pemikiran kita sebagai bagian dari profesi bidan.
Dengan lahirnya pendidikan DIV/S1 + profesi bidan serta pendidikan S2 kebidanan, ini berarti kebutuhan para doktor bidan untuk menghasilkan bidan-bidan dan magister juga mengalami peningkatan. Ini juga menjadi tantangan bagi profesi dan assosiasi pendidikan bidan untuk melakukan upaya-upaya baik mendorong para lulusan magister untuk melanjutkan ke jenjang S3 atau upaya mendorong pemerintah untuk membuka pendidikan S3 kebidanan di Indonesia. Kita berharap para bidan-bidan dapat melanjutkan pendidikan yang linier.
Linieritas pendidikan terutama pendidikan bidan selalu menjadi masalah dan perbedaan persepsi di berbagai kalangan. Pada tahun-tahun sebelumnya karena belum adanya perguruan tinggi di Indonesia yang membuka pendidikan S2 kebidanan menyebabkan kecendrungan untuk melanjutkan S2 kesehatan yang serumpun. Dan hal ini juga akan terjadi kembali jika belum ada perguruan tinggi yang membuka pendidikan S3 Kebidanan di Indonesia, sedangkan kebutuhan studi lanjut pada pengajar di pendidikan bidan baik akademi, DIV/S1 dan S2 menyebabkan para dosen tersebut kembali memilih pendidikan yang serumpun. Akibat yang muncul di lapangan kita akan menemui tidak konsisten keberlanjutan pendidikan bidan dari DIV/S1 dan S2 dengan S3 nya. Selain itu, ini juga berdampak kertelambatan pengembangan keilmuan kebidanan terkini jika dilihat dari sisi subtansi ilmiahnya. Dan tentu juga hal ini juga berdampak terhadap kualitas lulusan bidan ahli madya atau profesi bidan. Kembali ini juga menjadi motivasi kita untuk mengembangkan pendidikan bidan.
Mari kita bersama bangkit dan semangat untuk memajukan pendidikan bidan di Indonesia !!!!
Comments
Post a Comment